Kayuagung -potretsumsel.com proyek pembangunan pelebaran jalan di jalan alternatif Jalan Raya Kayuagung-Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) telah menimbulkan pertanyaan masyarakat, mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dianggap asal jadi. Pihak pelaksana kontraktor tetap mengerjakan proyek tanpa pengawasan dari pihak Pekerja Umum (PU) Bina Marga Dinas Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Pantauan wartawan, Jumat (25/9/2015) bangunan pelebaran jalan selebar 1,5 meter dari badan jalan dan kanan badan jalan itu, hanya dilakukan pengerukan rata-rata sedalam 10 centi meter tanpa pemadatan. Alat berat, escapator mini bekerja untuk mendorong batu pecah ke dalam kerukan dari badan jalan yang ditumpakan dari mobil dum truk.
Lalu, rencana badan jalan pelebaran tersebut dipasang plastik terpal biru muda dan dibagian rencana badan jalan pelebaran diletakan anyaman besi berjarak 5 meter dari anyaman besi ke besi. Pekerjaan seperti ini, ada yang dipasang pembesian ada yang tidak. Walaupun, masyarakat pernah mempertanyakan kepada pekerja lapangan mengenai pelaksanaan di lapangan.
Menurut pekerja, mereka hanya sebagai pekerja dan mengikuti aturan yang telah diberikan oleh pelaksana kontraktor. “Maaf pak, kami hanya sebagai pekerja dan hanya mengikuti printah saja,” kata Wak Yeng selaku kepala tukang.
Menurut Wak Yeng, setelah pengerukan pelebaran dibadan jalan kiri dan kanan itu, dilakukan pemadatan lebih awal dan ditimbun batu pecah. Barulah dilakukan pengecoran dengan di pasang anyaman besi yang berjarak 5 meter.
“Ya memang, ada yang masih pekerjaan ambruradul, dikarenakan depan pemukiman rumah warga,” kilah Wak Yeng yang tak mau pekerjaannya dikatakan asal jadi.
Padahal, pembangunan bahu badan jalan ke rencana badan jalan yang direncanakan selebar 1,5 meter itu tidak sama sekali dilakukan pemadatan. Alat berat escapator mini bertugas menggeserkan batu pecah ke bahu jalan yang telah dikerok, karena mengganggu aktifitas kendaraan yang melintas dan sempat menimbulkan kemacetan.
“Sepengetahuan saya, rencana badan jalan dibagian kiri dan kanan yang sudah dilakukan pengecoran tersebut tidak sama sekali dilkaukan pemadatan sebelumnya,” kata Tegu warga Srigeni yang kerap kali mondar-mandir memantau pekerjaan di Desa Arisan Buntal dan Desa Tanjung Lubuk.
“Kalau kepala tukang mengatakan, bahwa setelah pengerokan dilakukan pemadatan itu tidak benar. Karena, saya perhatikan pekerjaan itu, dan tidak ada pemadatan,” tegas Tegu yang meminta tunjukan profesional kerja dan jangan mengambil keuntungan di atas kerusakan jalan lebih cepat.
Protes pelaksanaan pekerjaan pelebaran jalan alternatif Kayuagung-Jejawi oleh berbagai elemen masyarakat terus bergulir. Tetapi, pihak pelaksana pekerjaan mengabaikan dan tetap melakukan pekerjaan tanpa pemadatan dilebih dulu. Diketahuinya, tidak adanya pemadatan sebab tidak terlihat alat berat jenis stom ataupun pemadat lainnya yang berkerja di pinggir jalan yang dibangun.
“Masyarakat bisa menilai apa yang dilihat dan dikerjakan oleh pihak pelaksana pekerjaan. Sejauh ini, belum terlihat pihak pekerja melakukan pemadatan di renana pelebaran badan jalan setelah pengerokan,” kata Welli Tegalega Lembaga PSM yang mengaku dirinya hanya sebagai penyambung keluhan masyarakat.
“Memang benar, setelah saya amati dan mendapatkan laporan dari warga, bahwa pihak pelaksana hanya melakukan pengerokan bahu jalan tanpa pemadatan kemudian ditumpahkan batu pecah, dipasang terpal dan anyaman besi berjarak 5 meter,” tandas Welli yang berharap pihak pengawas dari PU BM Sumsel segera mengecek kelapangan sebelum pekerjaan ini selesai dikerjakan. (Sp/and/ps01)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 Comments:
Posting Komentar